“Pak Guru saya kehilangan sebuah pensil, pasti ada yang mengambilnya pak” Kata Romi kepada Pak Hery, wali kelas di kelas 3A. Pak Hery lalu bertanya kepada anak muridnya yang berjumlah 30 orang tersebut, “Anak-anak semuanya perhatikan kedepan Bapak mau nanya. Romi barusan melaporkan bahwa ia kehilangan pensil kesayangannya, siapa diantara kalian yang mengambil pensil Romi . . ?. Tanya Pak Hery kepada murid-muridnya. “Tidak ada Pak yang mengambil pensil Romi” jawab semua murid kelas 3A secara bersamaan. Mendengar jawaban teman-temannya hati Romi bertambah sedih karena itu satu-satunya pensil kesayangannya. Tiba-tiba pintu kelas 3A diketok “ya silahkan masuk . . !” kata Pak Hery setelah mendengar ketokan pintu tersebut. Rupanya yang datang adalah Nathan, anak kelas 3B. “Permisi Pak . . !” kata Nathan kepada Pak Hery. “iya Nathan, ada apa . . ?” tanya Pak Hery, “saya mau mengembalikan pensilnya Romi Pak, tadi waktu bell tanda istirahat sudah selesai Romi langsung lari terburu-buru Pak, dan dia tidak tahu kalau pensilnya terjatuh. Dari kejauhan saya melihatnya lalu saya mengambilnya, sekarang saya mau mengembalikannya kepada Romi, Pak . . !” Nathan menjelaskan kepada Pak Hery apa yang terjadi. “Romi ini pensilmu yang hilang itu, lain kali kamu harus lebih berhati-hati ya” kata Pak Hery kepada Romi. Nathan lalu memberikan pensil itu kepada Romi, “terima kasih ya Nathan, saya tidak dapat membalas kebaikan kamu” Romi berterima kasih kepada Nathan,”sama-sama Romi, kita kan harus saling tolong menolong dan saling mengasihi, itu nasihat ibuku setiap hari, makanya begitu melihat pensilmu terjatuh aku langsung mengantarnya kesini” kata Nathan. Semua murid kelas 3A kagum melihat Nathan karena pribadinya yang mulia.
Apa yang dilakukan oleh Nathan adalah sesuai yang dikatakan Firman Tuhan dalam Yohanes 15:12. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
http://renunganhariini.com/renungan-anak-anak/harus-saling-mengasihi
Baca: Mazmur 139:1-24
Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya. (Mazmur 139:16)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yeremia 34-36
Saat berselancar di dunia maya, terkadang kita mendapat notifikasi bahwa situs yang tengah kita kunjungi menggunakan cookie. Apakah itu? Cookie adalah sebuah berkas yang disimpan di dalam gawai (komputer atau telepon pintar) kita dan berfungsi untuk mencatat informasi tentang kebiasaan kita dalam berselancar. Dengan mengetahui preferensi kita, saat kita mengunjungi situs tersebut di kesempatan berikutnya, maka ia dengan cepat dapat menyajikan materi yang mendekati kesukaan kita. Dengan kata lain, cookie membuat sebuah situs mengenal kita dengan lebih baik.
Jika perangkat buatan manusia saja dapat melakukan hal itu, apalagi Bapa kita di surga. Bukankah Dia yang menciptakan manusia dan memberi mereka akal budi, sehingga dapat menciptakan aplikasi dan memberinya kecerdasan buatan? Betapa lebih dahsyatnya ke-mahatahu-an Allah. Ia mengenal kita bukan karena telah menanamkan suatu berkas kecil di dalam diri kita, Ia sendiri yang ada di dalam kita. Ia mengetahui saat kita duduk, berdiri, berjalan, dan berbaring. Ia mengerti jalan pikiran kita dan apa yang hendak kita ucapkan. Sebab, Dialah yang menciptakan kita pribadi lepas pribadi.
Kalau cookie hanya mencatat apa yang telah kita lakukan, dalam catatan Allah “semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya” (ay. 16). Memiliki Allah yang mengenal kita jauh melebihi pengetahuan kita sendiri, yang mengetahui apa saja yang terbentang di hadapan kita, masihkah kita khawatir menjalani kehidupan bersama Dia?
—TAF/www.renunganharian.net
MASA DEPAN KITA YANG TAK TERLIHAT AMAN,
DALAM GENGGAMAN ALLAH YANG MAHATAHU
Baca: 1 Samuel 13:23-14:23
“… sebab kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. Itulah tandanya bagi kita.” (1 Samuel 14:10b)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yeremia 32-33
Sebagai orang percaya, kita mengakui kalau Tuhan selalu menyertai kita. Tetapi apakah kita selalu mengandalkan Tuhan dalam segala kegiatan kita? Dalam kenyataannya kita sering mengandalkan kekuatan sendiri atau orang lain. Apalagi kalau segala sesuatu lancar, Tuhan dipinggirkan bahkan dilupakan. Ketika kesulitan atau jalan buntu, barulah Tuhan dipanggil sambil meminta pertolongan.
Saul adalah raja yang diurapi Tuhan. Akan tetapi Saul tidak melibatkan Tuhan dalam peperangan. Ia terlalu mengandalkan pasukannya. Beda dengan Yonatan, anak Saul. Yonatan menunjukkan bahwa masih ada iman di istana. Di tengah-tengah kisah raja Saul yang egois, haus kekuasaan, dan tidak memedulikan Tuhan, Yonatan tampil sebagai seorang beriman yang tidak mengandalkan banyaknya jumlah tentara, tetapi mengandalkan pimpinan Tuhan. Ia menunjukkan keberanian untuk menyerang tentara Filistin, tetapi ia juga meminta petunjuk dari Tuhan. Ia memberikan instruksi yang jelas kepada ajudannya bahwa hanya jika Tuhan berkenan kepada rencananya maka ia akan melanjutkan rencana itu.
Pertanyaannya, di manakah Yonatan-Yonatan masa kini, yang beriman dan mengandalkan Tuhan dalam menyaksikan kuasa-Nya kepada dunia? Teladanilah Yonatan. Iman tidak hanya dikatakan saja, tetapi harus diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memegahkan diri. Merasa pandai, hebat, dan terlalu mengandalkan diri. Merasa bisa tanpa Tuhan. Fakta akan membuktikan bahwa tanpa campur tangan Tuhan, usaha kita akan sia-sia. Kalau tidak percaya? Buktikan!
—ENO/www.renunganharian.net
ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA SESUATU UNTUK MENDATANGKAN
KEBAIKAN BAGI MEREKA YANG MENGASIHI DIA.—Roma 8:28